OLEH YUSUF WALUYO JATI
Bisnis Indonesia
JAKARTA Setelah sempat terpuruk pada kuartal 1/2009. kinerja industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sepanjang kuartal 1/2010 mulai menggeliat, yang ditandai dengan pertumbuhan ekspor hingga 18,74%.Berdasarkan data Indotextiles, lembaga riset pertekstilan nasional, ekspor TPT pada kuartal 1/2010 mencapai US$2,64 miliar atau naik USS420 juta dibandingkan dengan ekspor pada kuartal 1/2009 sebesar US$2,22 miliar.
"Pada kuartal 1/2010, permintaan dunia terhadap tekstil dan garmen khususnya di pasar tradisional, terutama Amerika Serikat, meningkat pesat. Peningkatan ini tak lepas dari pemulihan dan pencairan stimulus ekonomi oleh negara-negara maju akibat krisis ekonomi dunia pada 2009," kata Direktur Eksekutif Indotextiles Redma Gita Wirawasta kepada Bisnis kemarin.Pada periode tersebut, jelasnya, nilai ekspor produk tekstil berupa kain dan benang (yam and fabric SITC No. 65) melonjak 37,92% di pasar global dari US$691 juta pada kuartal 1/2009 menjadi US$953 juta.
Lonjakan ekspor kain dan benang didorong oleh peningkatan permintaan dari pasar AS.Dari total ekspor kain dan benang, permintaan di pasar AS mencapai 41,6% atau US$396.45 juta, terutama untuk produk kain dan benang berbasis poliester.Adapun, total ekspor produk garmen (SITC No. 84) pada periode itu hanya naik tipis 8,53% menjadi US$1,56 miliar. Sekitar 50% dari total ekspor garmen itu diserap pasar AS. Namun, ekspor garmen dan pakaian jadi ke pasar AS pada kuartal 1/2010 hanya naik 2,7% dari rata-rata pertumbuhan tahunan 10%.
Kecilnya permintaan garmen ke pasar AS pada kuartal 1/2010, jelas Redma, temyata di luar kebiasaan karena selama ini industri garmen Indonesia sangat bergantung padapasar AS."Secara umum, AS memperkecil ekspor garmennya pada tahun ini. Kondisi tersebut mungkin disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang mendorong peningkatan investasi di industri garmen AS dalam menyerap tenaga kerja besar-besaran guna menaggulangi pengangguran akibat krisis ekonomi di negara itu," paparnya.Di sisi lain, permintaan bahan baku garmen berupa kain dan benang justru ditingkatkan agar industri garmen di AS bisa bekerja optimal.
Kendati nilai ekspor kain dan benang nasional melonjak 37,92%, jelas Redma, volume ekspor produk tekstil tersebut sepanjang kuartal 1/2010 justru merosot 24,69% dari 239.000 ton pada kuartal 1/2009 menjadi hanya 180.000 ton."Masih tingginya nilai ekspor kain dan benang karena didorong kenaikan harga satuan," katanya.Kenaikan harga satuan kain dan benang terjadi sejak awal 2010, terutama untuk kapas dan serat poliester. Pada awal kuartal 11/2010, harga kapas impor melonjak hingga 60% dibandingkan dengan harga pada kuartal 1/2009 dari sekitar US$1 per kg menjadi US$1,6 per kg.
Sumber: http://bataviase.co.id